Menjatuhkan
hati pada tempatnya
Oleh:
Dea Elsaid
Setiap orang bebas mencintai dan mengekspresikan rasa cintanya kepada sesuatu hal, sebab manusia dianugerahi perasaan untuk mencintai dan akal untuk menimbang layakkah cinta untuk dipupuk. Ketika sepasang manusia dewasa saling sepakat untuk menjalin hubungan, selain pelbagi alasan—salah satunya karena cinta yang telah bersemi antar keduanya, namun jika pada akhirnya salah satu ada yang memilih pergi bisa saja karena akalnya telah menimbang sesuatu terlepas dari adil atau tidaknya.
Ketika
seseorang memilih pergi saat kita telah sepakat, pertahankanlah! Karena hakikat
sebuah hubungan adalah saling mengingatkan, namun jika pada akhirnya dia tetap
memaksa, maka lepaskanlah! Kita tidak pernah punya hak secara mutlak atas diri
orang lain, tapi sebaik-baik diri adalah dia yang mampu mempertanggung jawabkan
janjinya.
Pernyataan
familiar tentang perempuan yang lebih dominan menggunakan hati dan laki-laki
menggunakan akal telah dibenarkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan seorang
peneliti University of Basel di
Switzerland, mengungkapkan bahwa tidak ada yang salah dengan pernyataan
tersebut karena perbedaan struktur otak antara anak perempuan dan anak
laki-laki. Walau pernyataan tersebut sering digaungkan, tetap keduanya
menggunakan otak ketika berkaitan dengan emosi, walau perempuan memang lebih
perasa. Tapi hal tersebut bukan menjadi alasan adanya hirarki gender. Meski
berkaitan dengan perasaan, hal tersebut tidak menjadi alasan untuk perempuan mengemis
belas kasih agar dipertahankan. Walau cinta tumbuh begitu subur, kita pemilik
perasaan berhak melepas diri dari orang yang tidak memberi balasan serupa.
Kita
punya hak untuk mencinta, namun tak punya hak memaksakan kehendak agar mendapat
balasan serupa. Perempuan yang terluka, ditinggal dan merasa diabaikan akan
mengalami masa sulit, sulit kembali percaya pada diri sendiri. Namun rasa sakit
tidak perlu membuat diri mengutuk waktu, menyalahkan dia yang pergi, dan
terus-menerus mengagumi sesuatu hal yang beranjak jauh dari hadapan kita. Seorang
perempuan memiliki power yang bisa
meledakkan laki-laki, hal tersebut bisa terjadi ketika perempuan bangkit,
mensyukuri hari-hari sulit dan tetap optimis dengan hari depan. So, bagi
perempuan yang dieksploitasi oleh perasaan sendiri—bangkit dan katakan pada
diri bahwa kehidupan tidak melulu berbicara tentang satu orang laki-laki. Kata Nyai Ontosoroh “Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki.
Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai.”
Komentar
Posting Komentar