Menjatuhkan hati pada tempatnya

Oleh: Dea Elsaid

Sumber gambar: google.com


          Setiap orang bebas mencintai dan mengekspresikan rasa cintanya kepada sesuatu hal, sebab manusia dianugerahi perasaan untuk mencintai dan akal untuk menimbang layakkah cinta untuk dipupuk. Ketika sepasang manusia dewasa saling sepakat untuk menjalin hubungan, selain pelbagi alasan—salah satunya karena cinta yang telah bersemi antar keduanya, namun jika pada akhirnya salah satu ada yang memilih pergi bisa saja karena akalnya telah menimbang sesuatu terlepas dari adil atau tidaknya.

Ketika seseorang memilih pergi saat kita telah sepakat, pertahankanlah! Karena hakikat sebuah hubungan adalah saling mengingatkan, namun jika pada akhirnya dia tetap memaksa, maka lepaskanlah! Kita tidak pernah punya hak secara mutlak atas diri orang lain, tapi sebaik-baik diri adalah dia yang mampu mempertanggung jawabkan janjinya.

Pernyataan familiar tentang perempuan yang lebih dominan menggunakan hati dan laki-laki menggunakan akal telah dibenarkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan seorang peneliti University of Basel di Switzerland, mengungkapkan bahwa tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut karena perbedaan struktur otak antara anak perempuan dan anak laki-laki. Walau pernyataan tersebut sering digaungkan, tetap keduanya menggunakan otak ketika berkaitan dengan emosi, walau perempuan memang lebih perasa. Tapi hal tersebut bukan menjadi alasan adanya hirarki gender. Meski berkaitan dengan perasaan, hal tersebut tidak menjadi alasan untuk perempuan mengemis belas kasih agar dipertahankan. Walau cinta tumbuh begitu subur, kita pemilik perasaan berhak melepas diri dari orang yang tidak memberi balasan serupa.

Kita punya hak untuk mencinta, namun tak punya hak memaksakan kehendak agar mendapat balasan serupa. Perempuan yang terluka, ditinggal dan merasa diabaikan akan mengalami masa sulit, sulit kembali percaya pada diri sendiri. Namun rasa sakit tidak perlu membuat diri mengutuk waktu, menyalahkan dia yang pergi, dan terus-menerus mengagumi sesuatu hal yang beranjak jauh dari hadapan kita. Seorang perempuan memiliki power yang bisa meledakkan laki-laki, hal tersebut bisa terjadi ketika perempuan bangkit, mensyukuri hari-hari sulit dan tetap optimis dengan hari depan. So, bagi perempuan yang dieksploitasi oleh perasaan sendiri—bangkit dan katakan pada diri bahwa kehidupan tidak melulu berbicara tentang satu orang laki-laki. Kata Nyai Ontosoroh “Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai.”

 

 


Komentar

Postingan Populer